-

Berita Luar Negeri

Azon Profit Master

Live Traffic Feed

">See all post'); document.write('

var hn_url_blog = "http://mediacentersabang.blogspot.com/"; var hn_jumlah_post = 10; var hn_warna_latar = "#000000"; var hn_warna_garis = "#FF0000"; var hn_posisi = "bottom"; var hn_tampilkan_judul = true; var hn_backlink = false; ?max-results=10">Alam dan Jagad Raya

'); document.write(" ?max-results="+numposts6+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts7\"><\/script>");
Home » , , , » Nyawa Seperti Telur di Ujung Tanduk, Ratusan Manusia Sekarat Dalam Perahu

Nyawa Seperti Telur di Ujung Tanduk, Ratusan Manusia Sekarat Dalam Perahu

SABANG- Matahari baru saja pancarkan cahanya, di kejauhan terlihat sosok nelayan yang asik melemparkan kailnya di tengah lautan, namun siapa sangka di pagi yang cerah itu ratusan nyawa terombang ambing dan terus mendekati 20 mil laut pesisir pantai bagian utara Sabang.

Matahari kian panas saat ratusan warga yang di juluki manusia perahu itu menyandarkan satu-satunya boat kayu berukuran kecil tanpa seutas talipun dan hanya menggunakan layar dari plastik, terlihat jelas dari wajah –wajah mereka yang lusuh ,kurus kering dan pucat pasi betapa rindunya mereka pada daratan, saling dorong berebutan air dan makanan seolah besok dunia akan kiamat sempat menjadi tontonan warga setempat.
Beberapa saat kemudian satu persatu di antara mereka mulai bertumbangan pingsan dan lemas tak berdaya, raungan mobil ambulan dan tim medis selimuti Kota Sabang siang itu dan sejumlah RSU yang ada sempat menjadi arena yang di padati pengunjung dan dermaga Lanal Sabang menjadi satu-satunya daratan pertama yang mereka injak setelah 28 hari sebelumnya meradang nyawa di tengah lautan.

Tidak banyak di antara mereka yang bisa berbahasa inggris dengan baik sebagai alat komunikasi hingga sempat menyulitkan proses Introgasi, namun bisa di pastikan ratusan manusia perahu yang semuanya berjenis kelamin laki-laki dan Muslim tersebut sangat bersyukur bisa terdampar di Sabang.

Dengan bahasa Inggrisnya yang sepotong-potong Mohammad Ovid (55) salah seorang warga Myanmar yang terdampar itu sempat menceritakan pengalaman pahitnya selama 28 hari di laut lepas agar tetap bertahan hidup, ia mengaku sangat terpukul atas kejadian ini, ia juga terpaksa meninggalkan Istri dan dua anaknya demi mempertahankan hidup karena konflik berkepanjangan di negaranya.

"anak saya dua, saya pergi tinggalkan Myanmar tidak tahan,kondisi sudah susah, ada di bunuh di mana-mana, kami lari tinggalkan istri dan keluarga, dan kami terpaksa pergi tanpa tujuan," imbuhnya.

Ia juga menceritakan betapa pilunya saat harus membuang tujuh orang rekan senegaranya yang meninggal akibat kekurangan makanan ke laut, hal tersebut mereka lakukan karena terbatasnya ruang gerak di dalam boat kayu yang mereka tumpangi dan pertimbangan lainya seperti mayat akan membusuk bila tidak segera di tanam.

Cerita pilu lainya yang sampai saat ini belum bisa di pastikan kebenaranya adalah prilaku tidak manusiawi yang di lakukan tentara Thailand terhadap pengungsi tersebut, semua identitas mereka diambil dan mereka di kumpulkan menjadi satu dalam sebuah Boat berukuran kecil tanpa mesin dan di biarkan lepas di lautan luas dengan sehelai plastik bekas sebagai layar.

Belum lagi Informasi lainya yang menyatakan ada tiga boat lain yang berpenumpang wanita dan anak-anak juga bernasip sama dengan mereka, bahkan sampai saat ini belum di ketahui keberadaanya dan hanyut di bawa arus ke Negara mana.

Informasi terakhir yang langsung di sampaikan Danlanal Sabang Kolonel Laut (E) Januar Hanwiyono Rabu (7/1), pihaknya telah memperoleh data awal bahwa manusia perahu tersebut berjumlah 193 jiwa, 20 di antaranya warga Negara Banglades, dan sisanya sebanyak 173 jiwa merupakan warga Myanmar, saat ini status mereka adalah pengungsi.

"kita sudah ambil keterangan dari beberapa orang di antara mereka bahwa, mereka tujuan awalnya adalah Malaysia, dan kita masih terus mengembangkan informasi lainya terkait status mereka yang saat ini sudah kita nyatakan sebagai pengungsi," ujarnya di lokasi karantina Dermaga Lanal Sabang.

193 manusia perahu yang saat ini berada di lokasi karantina Dermaga lanal adalah contoh ketidak becusan Negara mengatur dan menjaga warganya, bahkan yang sangat menyedihkan dua orang di antara para pengungsi tersebut merupakan anak-anak yang masih berusia 12 tahun bernama Abdul Gofur dan Nurul haki, keduanya adalah pengungsi termuda yang terdampar di Sabang.

Terkait limit waktu maksimal keberadaan para manusia perahu itu di Sabang pihak Imigrasi Sabang melalui Pengawas dan Penindakan Ke Imigrasian (Wasdakim) Sabang Umren Arsyad menyatakan pihaknya sampai saat ini masih menunggu hasil introgasi dan proses penyelamatan yang telah di lakukan TNI AL Sabang begitu juga dengan pihak IOM yang sejak kemarin sudah berada di Sabang.

"Mereka itu memang dari awal sudah masuk dalam wilayah Angkatan Laut dan mereka harus steril dulu baru bisa kita masuk dengan persetujuan Danlanal, tidak bisa sembarangan, namun bila sudah di izinkan kita akan lakukan koordinasi dengan pihak Lanal terkait tindakan selanjutnya karena para pengungsi itu juga tidak bisa lama-lama berada di Sabang," tandasnya

Umrend juga menjelaskan sampai saat ini belum ada ketentuan baku yang menyebutkan waktu maksimal untuk menampung para pengungsi tapi yang jelas mereka akan segera di tindak lanjuti terlebih lagi sudah turun tangan dunia internasional melalui IOM. (al)

0 KOMENTAR: