-

Berita Luar Negeri

Azon Profit Master

Live Traffic Feed

">See all post'); document.write('

var hn_url_blog = "http://mediacentersabang.blogspot.com/"; var hn_jumlah_post = 10; var hn_warna_latar = "#000000"; var hn_warna_garis = "#FF0000"; var hn_posisi = "bottom"; var hn_tampilkan_judul = true; var hn_backlink = false; ?max-results=10">Alam dan Jagad Raya

'); document.write(" ?max-results="+numposts6+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts7\"><\/script>");

Sabang juara 1 karnaval mobil hias

Sabang juara I karnaval mobil hias @istimewa
Sabang juara I karnaval mobil hias @istimewa


Banda Aceh – Pemerintah Kota Sabang mendapat juara pertama dalam karnaval mobil hias. Mobil hias bertema Kapal Pesiar tersebut dipamerkan dalam karnaval budaya yang digelar pada Sabtu, 21 September 2013 pekan lalu.
Desainer kapal hias tersebut, Halim El Bambi, menyatakan kegembiraannya karena hasil desainnya mendapat penghargaan sebagai juara pertama.

“Saya pikir ini kemenangan tim antara BPKS Sabang dan Pemko Sabang. Mari kita persembahkan kemenangan ini untuk kemajuan pariwisata Sabang, sebab ide kapal pesiar ini memang diarahkan untuk kemajuan Sabang di bidang wisata,” kata Halim El Bambi melalui rilis yang diterima ATJEHPOSTcom hari ini Senin, 30 September 2013.

Pekan Kebudayaan Aceh ke-6 yang digelar sejak Jumat, 20 September 2013 pekan lalu resmi ditutup oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah malam tadi, Minggu 29 September 2013.

Penutupan event budaya Aceh empat tahunan ini dilakukan langsung oleh Gubernur Zaini dengan memukul rebana. Tampak hadir dalam rombongan Gubernur beberapa unsur muspida Aceh seperti Ketua DPRA, Kapolda Aceh, Pangdam IM dan Kejati Aceh.

Sementara itu Aceh Besar keluar sebagai juara umum Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 dengan mengoleksi total nilai 480 dari berbagai bidang yang diperlombakan. Sebelumnya Aceh Tengah menyabet juara umum empat tahun yang lalu dalam PKA ke 5.

Juara II diraih Kabupaten Aceh Utara dengan nilai sebanyak 440. Juara III diraih Banda Aceh dengan nilai 420 dan juara IV diraih Aceh Selatan dengan perolehan nilai 350. Juara V diraih Bireun dan Juara VI adalah Kabupaten Aceh Barat dengan nilai total 320.

Penyerahan piala bergilir diserahkan oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan diterima langsung oleh Bupati Aceh Besar Muhklis Basyah di panggung utama PKA.[]

Sumber: AtjehPost.com

The post Sabang juara 1 karnaval mobil hias appeared first on INFO SABANG.





via WordPress http://www.infosabang.tk/2013/09/sabang-juara-1-karnaval-mobil-hias/

Sabang, Kisah Pintu Gerbang Perdagangan

Jendral Besar VOC, JP.Coen ketika di Sabang

Jendral Besar VOC, JP.Coen ketika di Sabang



SELAMAT datang di Pelabuhan Bebas Sabang. Slogan itu masih terpampang meski status pelabuhan bebas sebenarnya sudah dicabut sejak tahun 1985. Bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Sabang, mungkin ini sebuah harapan atau bisa juga sekadar mengenang bahwa Pelabuhan Sabang pernah punya nama sebagai pintu gerbang Indonesia pada masa kejayaannya dua abad silam.

Sabang secara historis memang dikenal karena pelabuhannya. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, Teluk Sabang telah melayani kapal-kapal besar dari benua Eropa, Afrika, dan Asia. Pemerintah kolonial Belanda melihat potensi Sabang. Tahun 1881, Belanda mendirikan Kolen Station di Teluk Sabang yang terkenal dengan pelabuhan alamnya.


Dua tahun kemudian, Belanda mendirikan Atjeh Associate oleh Factorij van de Nederlandsche Handel Maatschappij (Factory of Netherlands Trading Society) dan De Lange & Co di Batavia (Jakarta) untuk mengoperasikan pelabuhan dan stasiun batubara di Sabang. Pelabuhan itu awalnya dimaksudkan sebagai stasiun batubara untuk Angkatan Laut Belanda, tetapi kemudian juga melayani kapal dagang umum.


Sebelum Perang Dunia II, Pelabuhan Sabang sangat penting dibandingkan dengan Singapura. Karena perannya yang semakin penting, pada tahun 1896 Sabang dibuka sebagai pelabuhan bebas untuk perdagangan umum dan pelabuhan transit barang-barang, terutama hasil pertanian dari Deli yang telah menjadi daerah perkebunan tembakau sejak tahun 1863 dan hasil perkebunan berupa lada, pinang, dan kopra dari Aceh. Sabang pun mulai dikenal oleh lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia.


Tahun 1903, CJ Karel Van Aalst, sebagai direktur NHM yang baru, mengatur layanan dwi-mingguan antara Pelabuhan Sabang dan negeri Belanda, melibatkan Stoomvaart Maatschappij Nederland (Netherlands Steamboat Company) dan Rotterdamsche Lloyd. Dia juga mengatur suntikan modal penting bagi Sabang Maatschappij dengan NHM sebagai pemegang saham mayoritas.


Pelabuhan Sabang terus berkembang hingga akhirnya masa kejayaan merosot setelah tahun 1985. Status Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas ditutup oleh Pemerintah RI melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 1985. Pencabutan status ini dengan alasan maraknya penyelundupan dan akan dibukanya Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.


Sudah banyak perdebatan yang mengangkat isu agar peran Pelabuhan Sabang sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan barat kembali dibangkitkan. Yang terjadi sekarang, PT Pelabuhan Indonesia I telah menyerahkan aset kepada Pemerintah Provinsi Aceh melalui Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS). Belum jelas bagaimana nasib Pelabuhan Sabang ke depan. Sementara itu, Batam yang digadang-gadang pemerintah pusat sebagai pintu gerbang di Selat Malaka tak menunjukkan perannya.


Secara geografis, sebenarnya posisi Sabang lebih strategis dibandingkan dengan Batam. Sabang terletak di pintu bagian barat Selat Malaka yang dilintasi 50.000-60.000 kapal setiap tahun. Kondisi alam Pelabuhan Sabang juga lebih mendukung. Bagi kapal-kapal besar, syarat kedalaman laut menjadi mutlak untuk menjaga keselamatan dan laluan kapal.


Tren ke depan, kapal-kapal yang lebih besar akan banyak diproduksi. Sekarang ini saja sudah lebih dari 7.000 kapal peti kemas beroperasi di seluruh dunia.


TAUFAN WIJAYA Pantai di Sabang, Pulau Weh, Aceh.

Lebar dan kedalaman Selat Malaka sangat terbatas. Peristiwa tsunami tahun 2004 menyebabkan sedimentasi (pendangkalan) di beberapa titik di Selat Malaka. Akibatnya, kedalaman maksimum yang selamat untuk laluan kapal di Selat Malaka adalah 19,5 meter. Artinya kapal peti kemas berukuran 18.000 TEU tidak lagi dapat merentas Selat Malaka dan harus bongkar muat di pintu masuk selat.


Situasi ini menguntungkan bagi Pelabuhan Sabang. Dengan kolam pelabuhan yang dalam secara alami, Pelabuhan Sabang bisa mengambil peran sebagai pelabuhan penghubung. Pelabuhan Sabang bahkan berpotensi menjadi pintu keluar masuk barang ekspor Indonesia di bagian barat.


Dari sini kita dapat melihat bahwa potensi Sabang untuk melayani wilayah Sumatera adalah sangat besar. Karena itu, berbagai kerja sama, khususnya dengan beberapa pelabuhan utama di kawasan Selat Malaka yang sudah lebih dahulu eksis, perlu dilakukan. (GATOT WIDAKDO)


Sumber: kompas.com


The post Sabang, Kisah Pintu Gerbang Perdagangan appeared first on INFO SABANG.






via WordPress http://www.infosabang.tk/2013/09/sabang-kisah-pintu-gerbang-perdagangan/

Ekspedisi Sabang-Merauke Dimulai Hari Ini

pelepasan expedisi sabang merauke_kompas SABANG, KOMPAS.com – Ekspedisi Sabang-Merauke: Jejak Kota dan Peradaban Harian Kompas dimulai hari ini, Jumat (20/9/2013) di titik nol kilometer ujung barat Indonesia di Kota Sabang, Aceh. Ekspedisi ini akan melihat Indonesia dari dekat, menggali potensi serta tantangan yang ada. Tim ekspedisi dilepas oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di titik nol yang berada di utara Pulau Weh. Mulai hari ini, tim ekspedisi menyusuri pantai barat Sumatera, berlanjut ke selatan Jawa, Bali, Sumbawa Besar, Flores dan berlayar mulai dari Larantuka, pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara hingga Merauke di ujung timur Papua. Perjalanan dijadwalkan tiba di Merauke pada tanggal 28 Oktober mendatang.


Pelepasan dihadiri oleh Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Mardiana Pambudi, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Soeroyo Alimuso, dan segenap jajaran Kementerian Perhubungan.


Ninuk Mardiana Pambudi dalam sambutannya mengungkapkan bahwa ekspedisi ini merupakan salah satu semangat Harian Kompas dalam merajut nusantara. Ekspedisi ini diharapkan mampu melihat Indonesia dari dekat, dengan berintraksi dan bergaul dengan masyarakat setempat, mengetahui apa cita-cita dan mimpi mereka tentang Indonesia dan keindonesiaan.


“Keindahan Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke, dan ada banyak potensi dan juga tantangan. Kami melalui ekspedisi ini akan melihat apa saja tantangan itu, dan bagaimana agar ke depan kesenjangan yang masih nampak dapat diminimalkan,” kata Ninuk.


Bambang Susantono menyebutkan, jarak yang akan ditempuh tim ekspedisi dari Sabang sampai Merauke mencapai 7.885 kilometer, dengan sepertiga perjalanan atau 2.555 kilomer diantaranya adalah perjalanan melalui laut. Sisanya, 5.330 ditempuh melalui jalan darat. (UTI/OTW)


Sumber: Kompas.com






via WordPress http://www.infosabang.tk/2013/09/ekspedisi-sabang-merauke-dimulai-hari-ini/

Tugu Nol Kilometer di Sabang Akan Direnovasi

Tugu Kilo Meter Nol Sabang

Tugu Kilo Meter Nol Sabang



Tugu Nol Kilometer yang menjadi icon Kota Sabang, Pulau Weh, tampak tidak terawat bahkan lambang burung Garuda di puncak tugu tidak lagi berdiri tegak karena patah.


Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Sabang Ermi Sarina mengatakan monumen Nol Kilometer Indonesia direncanakan akan direnovasi lebih megah. Diperkirakan pada 2014 proses renovasi sudah dapat dilakukan.


Saat ini Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) masih membahas proses renovasi agar monumen Nol Kilometer Indonesia itu tetap menjadi ikon pariwisata paling barat Indonesia.


“Rencana akan direnovasi tahun depan, nanti akan dibangun tujuh tingkat tingginya sehingga bisa melihat laut lepas dari puncak tugu,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (14/9/2013).


Menurutnya proses renovasi masih terkendala perizinan dari Kementerian Kehutanan. Pasalnya, di sekitar tugu tersebut merupakan wilayah hutan lindung yang artinya setiap pemotongan satu pohon harus meminta izin kepada Kemenhut.


“Beberapa pohon memang akan dipotong, jalan juga mau diperlebar sedikit,” jelasnya.


Tugu Nol Kilometer memang tampak kumuh dan tidak terawat. Tugu yang berwarna putih dan oranye itu terlihat sudah tua. Banyak coretan-coretan tangan jahil yang membuat tugu tersebut terlihat semakin kotor.


Penanda wilayah Indonesia di ujung barat ini terletak pada garis lintang 050 54’ 21.42” Lintang Utara, dan garis bujur 950 13’ 00.50” Bujur Timur. Berada di dalam areal Hutan Wisata Sabang di Ujung Ba`u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, kawasan ini cukup sepi.


Berhubung lokasinya di kawasan hutan wisata tidak mengherankan jika jalanan menuju tugu nol kilometer sangat sepi dan tentu saja banyak pepohonan. Kawanan monyet ada disekitar tugu, mereka sering usil mengambil barang-barang apapun milik pengunjung.


Di sekitar tugu, juga terdapat beberapa warung yang menawarkan makan maupun minuman pelepas dahaga. Mereka juga biasanya menawarkan jasa pembuatan sertifikat penanda telah menungjungi tugu Nol Kilometer.


Biasanya, mereka menawarkan harga Rp20.000-Rp25.000 per orang untuk pembuatan sertifikat dengan jasa antar ke penginapan. Namun, bila pengunjung ingin lebih murah, di Dinas Pariwisata Kota Sabang harga pembuatan sertifikat sesungguhnya hanya Rp10.000 per orang.


Tugu kilometer Nol adalah sebuah bangunan setinggi 22,5 meter dengan bentuk lingkaran berjeruji. Bagian tugu dicat putih dan bagian atas lingkaran menyempit seperti mata bor. Puncak tugu ini terdapat patung burung Garuda menggenggam angka nol dilengkapi prasasti marmer hitam yang menunjukkan posisi geografisnya.


Di lantai pertama monumen terdapat sebuah pilar bulat dan terdapat prasasti peresmian tugu yang ditandatangani Wakil Presiden Try Sutrisno, pada 9 September 1997.


Di lantai kedua terdapat sebuah beton bersegi empat dimana tertempel dua prasasti yaitu prasasti pertama ditandatangani Menteri Riset dan Teknologi/Ketua BPP Teknologi BJ Habibie, pada 24 September 1997.


Dalam prasasti itu bertuliskan penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia tersebut diukur pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Sedangkan prasati kedua menjelaskan posisi geografis tempat ini.


Tugu Nol Kilometer Sabang sebenarnya tidak dipancangkan persis di garis terluar sisi barat wilayah Indonesia. Sebenarnya secara teknis, masih ada pulau di sisi paling barat Indonesia yaitu Pulau Lhee Blah, berupa pulau kecil di sebelah barat Pulau Breuh. Hal ini sama terjadi dengan pulau paling selatan yaitu Pulau Rote, walau secara teknis Pulau N’dana adalah pulau paling selatan di Indonesia.


Tugu Nol Kilometer di Sabang memiliki kembarannya yaitu di Merauke, Papua, tepatnya di Distrik Sota, Kabupaten Merauke, sekitar 75 kilometer dari pusat Kota Merauke dan 3 kilometer dari Tugu perbatasan dengan Negara Papua New Guinea.(28/msi)


Sumber: bisnissumatra.com






via WordPress http://www.infosabang.tk/2013/09/tugu-nol-kilometer-di-sabang-akan-direnovasi/